Kajian Bentuk, Fungsi dan Makna Karakter Tata Rias Punakawan Wayang Gaya Yogyakarta

  • Dwi Ermavianti Wahyu Sulistyorini SMK Negeri 1 Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta,  Indonesia

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah memahami akan karakter tata rias Punakawan Yogyakarta dari sisi bentuk, fungsi, dan makna dalam tradisi budaya Jawa. Keberadaan tata rias memiliki arti yang penting bagi masyarakat yang bergelut dalam tata rias karakter untuk seni pertunjukan karena berhubungan dengan bentuk-bentuk riasan khusus yang didalammnya terdapat aturan dan ketentuan khusus. Bentuk tata rias wajah tokoh Punakawan memiliki ciri khas keberagaman teknik dan karakter riasan yang memiliki fungsi dan simbol makna akan nilai-nilai pembelajaran karakter budi pekerti luhur. Penelitian ini menggunakan analisis data model interpretatif melalui studi pustaka, kajian lapangan dan wawancara mendalam kepada para ahli wayang dengan pendekatan estetika untuk dapat menjelaskan keberadaan bentuk, fungsi, dan makna tata rias tokoh Punakawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk-bentuk riasan pada tokoh Punakawan memiliki ciri khas pada tiap tokoh Punakawan (Semar, Petruk, Gareng, Bagong) menggambarkan karakter dan sifat tokoh yang masing-masing memiliki fungsi dan makna filosofi budaya Jawa.

Kata Kunci: tata rias, punakawan, wayang purwa, budaya Jawa

Data Unduhan PDF

Data unduhan belum tersedia.
Diterbitkan
2022-05-01
Bagaimana cara mengutip:
Sulistyorini, D. E. W. (2022). Kajian Bentuk, Fungsi dan Makna Karakter Tata Rias Punakawan Wayang Gaya Yogyakarta. Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah Guru, 7(2), 170-178. https://doi.org/10.51169/ideguru.v7i2.343
Bagian
Artikel Penelitian
Abstrak viewed: 284 times
PDF downloaded: 2466 times

Referensi

Ermavianti, D. (2016). Singwit Sebagai Media Pembelajaran Kreatif (Best Practice Guru Dalam Pembelajaran). Jurnal Riset daerah 15(2), 2490-2508.

Guritmo, P. (1985). Konsepsi Kebudayaan Dalam Wayang Purwa. Jakarta: Gatra Majalah Warta Wayang.

Gusti. (2013). Wayang Di Tinggal Generasi Muda. Seminar Wayang dan Generasi Muda (pp. 1-2). Yogyakarta: Liputan Berita Universitas Gadjah Mada. (https://www.ugm.ac.id/id/berita/7928-wayang-ditinggal-generasi-muda).

Haryanto. (1988). Pratiwimbo Adiluhung Sejarah dan Perkembangan Wayang. Jakarta: Penerbit Jambatan.

Haryono, T. (2008). Seni Pertunjukkan dan Seni Rupa dalam Perspektif Arkeologi Seni. Surakarta: ISI Press Solo.

Huberman Miles, A. (1992). Analisis Data Kualitatif terjemahan Tjejep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.

Mulyono, S. (1982). Apa dan Siapa Semar. Jakarta: Gunung Arta.

Simuh. (1995). Sufisme Jawa Transformasi Islam ke Mistik Jawa. Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya.

Spradley, J. P. (1987). Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sumaryono. (1998). Topeng Pedalangan Yogyakarta Tinjauan Terhadap Aspek Sosio-Budayanya. Jurnal Pengetahuan dan Penciptaan Seni BP ISI Yogyakarta, 5(1), 91-92.

Sunarto. (2015). Panakawan Nusantara Bentuk, Fungsi, dan Keanekaragamannya. Yogyakarta: Dinas Dikpora Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tilaar, M. (1999). Kecantikan Perempuan Timur. Yogyakarta: Indonesia Tara.

Yoesoef, M. (2014). Membaca Punawakan. Seminar International Semiotik, Pragmatik, dan Kebudayaan (pp. 2-14). Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.