EKSISTENSI PRING PETHUK PADA MASYARAKAT JAWA DI YOGYAKARTA
Abstract
Masyarakat Jawa dikenal dengan tradisi pemikiran unik yang lekat dengan mistikisme pada segala
aspek budayanya, baik yang bersifat material maupun non-material. Pola pikir mistikisme yang
irasional pada masyarakat Jawa terwujud dalam bentuk ritual dan kepercayaan terhadap benda-benda
yang dianggap memiliki kekuatan magis atau supranatural. Masyarakat Jawa di Yogyakarta sekarang
ini sudah mulai meninggalkan masa Metafisik dan mulai memasuki masa Positif, dimana kepercayaan
terhadap hal-hal mistis sudah mulai ditinggalkan dan segala fenomena berusaha dibuktikan secara
rasional menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pring pethuk adalah bambu yang memiliki
tunas yang saling bertemu. Bambu ini dipercaya sebagai media penglarisan, sarana kekayaan
(pesugihan), kekebalan/tolak bala, pemikat, obat penyakit tertentu, kenaikan jabatan, dan sebagainya.
Keberadaan pring pethuk pada zaman sekarang sudah sangat jarang ditemukan. Generasi muda
Yogyakarta yang lekat dengan kehidupan modern nyaris sudah tidak mengenal istilah pring pethuk.
Arus pendidikan modern di Yogyakarta mengajarkan rasionalitas baru yang menyisihkan tradisi dan
mitologi Jawa lama. Bertolak belakang dengan kehidupan masyakarat modern yang dipenuhi dengan
pola pikir rasional, saat ini masih ada kalangan tertentu dalam masyarakat Yogyakarta yang percaya
dengan keberadaan dan kekuatan pring pethuk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pring pethuk
masih dimiliki oleh beberapa orang di Yogyakarta. Di kalangan supranatural, kepemilikan pring
pethuk menjadi sebuah simbol kehebatan tersendiri. Pring pethuk didapatkan dengan tirakat khusus,
ditemukan secara alami, melalui warisan turun temurun, pemberian, ataupun pembelian. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa eksistensi pring pethuk pada masyarakat Jawa di Yogyakarta saat
ini masih ditemukan di kelompok masyarakat tertentu, terutama di kalangan paranormal dan
pejabat/aparat.